Sudah lebih 50 hari sejak 7 Oktober 2023, and life is never be the same. There are massive changes, and also shifting perspectives, yang gak bisa diutarakan dengan kata-kata. Tapi sejak tanggal tersebut, banyak perubahan, saya berubah, orang-orang berubah, lingkungan berubah, dan cara pandang orang terhadap dunia juga berubah. Apa yang terjadi?
Kalau kamu yang merasa tidak ada yang berubah sejak 7 Oktober 2023, monggo dipertanyaakan pada dirimu sendiri.
Mungkin dalam hidup manusia, Allah akan memberikan beberapa titik yang membuat diri kita berubah, fokus kita berubah, dan semoga itu ke arah yang lebih baik. Dalam hidup saya juga begitu, ada beberapa fase yang membuat saya menjadi seperti sekarang. Dan saya bersyukur Allah menjaga saya dalam jalan Islam, jika bukan di jalan ini, entah apa yang terjadi pada tujuan hidup saya.
Tapi saya pikir, kegundahan saya ini bisa saya tuliskan sedikit. Mengingat udah beberapa purnama saya gak nulis. Saya agak kehilangan pace dan motivasi menulis. Walaupun saya tetap merasa menulis adalah cara saya untuk bisa menyalurkan isi hati dan menguraikan apa yang di kepala.
Sebulan ini saya merasa tidur saya gak nyenyak dan bangun dengan kegelisahan yang sangat. Biasanya saya suka banget tidur, salah satu cara recharging alamiah saya. Kalaupun misal lagi insomnia, lagi mikirin sesuatu, kerjaan, planning, atau apapun, saya bisa mencoba merem sambil mikir, trus tidur. Tapi sebulan ini, tidur nyenyak di kasur empuk dan selimut hangat membuat saya diliputi rasa bersalah dan tidak berdaya. Bagaimana tidak? Kalau seharian itu Gaza, Palestina dalam kondisi gawat darurat. Bayi dan anak-anak dibunuh, bombardir di mana-mana, keluarga terpisah-pisah, saudara-saudari kita gak bisa makan layak, gak bisa minum air bersih, gak tidur tenang, rumah sakit kesulitan, sekolah mana ada, hancur semuanya. I cry almost every day. Dan rasa kesel yang udah sampai ubun-ubun, benci, mengutuk, melaknat, tapi tetap tak berdaya. Dunia sudah gila! Manusia-manusia Z1on15t dan pengikutnya itu gila!
Hanya ujungnya doa yang bisa saya andalkan, yang bisa menenangkan, kemana lagi kalau bukan kembali sama Allah?
Tiap mengantar anak-anak ke sekolah, melihat anak-anak di sini sungguh bahagia, punya cita-cita, punya keluarga keluarga. Saya berdoa, Ya Allah, semoga anak-anak Palestina bisa merasakan kebahagiaan bermain, belajar, dan bercita-cita. Tapi melihat betapa tegarnya mereka, betapa hati mereka sekuat baja manapun di dunia, betapa iman mereka setinggi jarak antara langit dan bumi, saya menangis lagi. Malu ya Allah.
Dan Masya Allah-nya, saya yakin banyak yang merasakan seperti yang saya rasakan. Itulah yang membuat saya optimis. The tides are changing, slowly but sure, the world will be not the same as before. Tahun 2023 ini begitu berbeda.
Saya tahu, hal seperti ini sudah beberapa kali terjadi. Bahkan sejak saya masih kecil. Tapi siapa yang ngerti? Saat itu media tidak semasif sekarang, dulu juga narasi-narasi tentang Palestina hanya disuarakan hanya sebagian kecil orang. Saya sempat terpapar dari lingkungan rohis SMP, SMA, dan kuliah. Tapi yang merasa peduli pun terasa hanya segelintir orang. Dan rasanya hal itu gak relevan sama kehidupan kita sehari-hari, Palestina seolah-olah jauh, huhu.. astagfirullah.
Menyesal ya kenapa kepedulian saya terhadap Palestina pun hanya seolah lewat saja dan bermusim, ketika ada intifada, ketika ada penyerangan dari Israel, ketika ada berita tentang Palestina yang kesulitan. Tapi itu cuma sekilas aja, dan meninggalkan jejak cuma sedikit, huhu.. Malu ya Allah, baru sekarang agak sadarnya. Semoga Allah ampuni kelalaian saya.
Ngerti makna intifada aja baru sekarang, dulu padahal suka banget sama nasyid dari Rabbani ini (Kakakku sering nyetel, dia mah nasyiders sejadi, dulu dkm bgt haha..) Ngerti sejarah pencaplokan Palestina pasca PD I, sejarah, Nakba, Naksa, berdirinya F*t*h dan H*m*s, siapa itu Syekh A*mad Y*ss*n, baru sekarang. Duh ketinggalan kereta banget, malu lagi, sedih lagi.
Tapi Allah kan Ar rahman dan Ar rahim ya, kalaupun kita terlambat sadar dan terlambar bergerak, tetapi kasih sayang Allah luas banget. Saya pun berazam untuk bisa sebaik-baiknya menggunakan momen titik balik ini sebagai titik upgade diri (aamiin), momen untuk belajar lagi dari sirah Nabawiyah, dan sejarah Palestina, banyak mengguyur diri dengan ilmu, juga semoga bisa mengedukasi anak-anak dan sekitar, aamiin.
We are changing, but I am sure, we are changing for a better purpose, aamiin